Ketika lelahmu, yang kau lepaskan adalah aku
Menyelipkanku di antara keindahan yang lain,
Lalu berbaring pada dunia kapukmu
Lusuh, buluk, jelek
Tapi kau masih memakaiku, Tuanku
"Sayang, kuberikan yang lebih baik dari ini," ujar wanitamu pada suatu hari,
sambil menatapku dengan jijik seperti hendak menghanyutkanku pada sungai Mahakam.
"Aku sudah punya banyak yang lebih bagus darinya," ujarmu sambil mengambil kotak yang dipegang wanita itu.
Kau susuri rambutnya, dia menunduk.
"Tak akan kau gunakan pemberianku?" tanyanya sambil melihat kotak yang masih kau pegang.
senyummu mengembang sambil menatap lurus wajahnya. Aku bisa melihat kakinya masih disangga kruk.
Lamat-lamat aku mendengar jawabanmu
"Keindahan terkadang untuk dinikmati," jelasmu sambil mendudukkan wanita itu dipinggir ranjang. kau tatap lagi wanita yang jauh dari sempurna.
"Tapi kenyamanan sukar untuk terganti," wanita itu tersenyum dan menatapmu lekat.
Kau buka kotak mewah itu. Sandal kulit elegan berwarna coklat tua, dan kau coba pada kedua kakimu yang besar. kulihat wajahmu tersenyum, lalu kau kembalikan pada kotak biru muda bertuliskan Yongki Komaladi. "Dia akan berguna suatu saat nanti. Ketika aku merasa nyaman dengannya,"
Kotak itu disimpan baik-baik pada lemarinya. Dia menghampiriku, lalu mengambilku.
"Jika sudah waktunya, dia akan tergantikan," ujarmu sambil mengelus pinggiranku, kulitku tak indah lagi. alasku tak sekokoh lima tahun lalu. Jepit diantara jempol dan telunjukmu sudah hampir putus.
Tuan, bolehkah aku berumur panjang?
Jumat, 15 April 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar