Senin, 18 Februari 2019

REVIEW BUKU 'SEBUAH SENI UNTUK BERSIKAP BODO AMAT'

2


Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat
Oleh Mark Manson
Penerbit: Grasindo
Cetakan: ke VII, Agustus 2018



Selama ini kita selalu dibekali dengan hal-hal positif. Disuguhi bermacam-macam kesuksesan, tanpa mengupas rasa sakit ketika terjatuh.
Yang orang2 tahu tentang JK. Rowling; ibu tunggal, kehilangan pekerjaan, mau pergi jauh, terinspirasi ttg sebuah negeri sihir lalu menuliskannga di secarik tisu. Kemudian ia melanjutkannya di rumah, setelah selesai ditawarkan ke dua belas penerbit, atau berapalah.. Pada akhirnya, boom! Fenomenal, jadilah terkenal.

What people get the points are: ditolak 12X 'sesimpel itu'. JK Rowling aja bisa kok, masa aku nggak.
Padahal 12x itu memakan waktu bertahun-tahun, kertas berlembar-lembar, rasa kecewa, depresi dan sebagainya yang tidak pernah tergambarkan. Kalau bukan manusia segigih JK Rowling, mana kuat?

Disuruh revisi skripsweet sama dosen aja udah lelah, beyb~.

 
Ketahuilah, ketika berada di posisi tersebut, posisi yang menyakitkaaaann buanget, nggak semua orang kuat.

Nah di buku ini bakal ngenalin tentang kapasitas diri kita.

Sumpah, bukunya nggak memotivasi sama sekali. Bukan buku ambisius yang 'setelah jatuh, bangun lagi. Jatuh, bangun lagi! Jatuh terus turune kurang nengah, bos!'
Emang tujuan buku ini untuk menghilangkan delusional 'bahwa kita harus sukses seperti A, B, C, D..'
Bener. Ketika kita memikirkan untuk menjadi A-Z tersebut, yang kita tahu adalah puncak mereka. Kaya, sukses, terkenal.

Padahal ketika ada masa-masa jatuhnya, tidak semua orang kuat seperti mereka.

Bukan salah orang2 juga jika tidak seterkenal, setenar, sekaya dan se- se- yang lainnya. Porsi orang luar biasa tersebut juga tidak sebanyak yang hiasa-biasa saja.

Buku ini justru ngasih tau tentang realita bahwa dunia emang bener-bener nggak ada yang tau. Buat orang² yang tidak biasa merasakan rasa sakit, mungkin akan kaget. Orang2 yg sering disakiti, ada sebagian yg trauma dan sebagian yg menerima.


Jadi si oranye memaparkan, 'Kenapa sih harus benci sama kesedihan? Itu wajar kok. Kenapa harus menolak kalau kamu punya sifat2 buruk? Itu kan wajar. Just enjoy the go. It's okay to have scars. Don't think too much.'
Bahasa yang digunakan juga nggak ada positif2 nya sama sekali. Bahasanya lebih ke humor. Si Mark Manson justru membeberkan tentang rasa sakit-rasa sakit yang harus diterima.
Mengenai ada masa-masanya kita terpuruk, jatuh buanget.
Tentang melepaskan identitas kita. Menjadi bebas, tanpa label 'ini loh gue anak pejabat,' 'aku kan anak baik², masa aku melakukan ba-bi-bu'
But actually we're nothing.

Lagi. Ini tentang rasa sakit, ketidak pastian, kegagalan yang harus dikelola. Tentang menerima diri kita sendiri. Itu paling penting.


Dan belajar untuk tidak berusaha sama sekali.
Eh maksudnya gimana?
Cuss langsung baca aja deh!

2 komentar:

  1. Kamu udah selesai baca? Aku masih baca buku ini. Terjemahan, mumet malah bacanya. Dari Agustus punya ebook nya yang masih ori bahasa Inggris. Masih baca sebagian. Nggak tau kalo bakal seterkenal ini bukunya sekarang. Enakan ebooknya yaa btw. Yang terjemahan bahasanya bikin pusing nggak sihh.

    BalasHapus